Berawal dari sebuah opini yang dilontarkan oleh salah seorang dosen di sebuah ruang kuliah di pagi yang cerah, ia kurang lebih mengatakan yang intinya bahwa banyak penceramah (ustadz) yang mengajak umat Islam untuk miskin.
Statement itu cukup mengusik pikiran saya, tapi di dalam hati saya bergumam “ada benarnya juga sih”.
Karena kalau kita dengarkan secara umum baik kajian biasa ataupun khutbah-khutbah di hari Jum’at, jika telah menyinggung perihal dunia dan zuhud maka hampir semua mengarahkan agar meninggalkan dunia.
Sebagian yang lain menyatakan statemen yang cukup terkenal
“dunia sementara, harta tidak dibawa mati”.
Lalu, beberapa saat yang lalu saya juga mendengarkan cerita Syekh Utsman Al-Khamis di salah satu program podcast bahwa beliau bertemu dengan seorang warga Amerika dan menanyakan kepadanya mengenai apa faktor yang memalingkan orang-orang Amerika dari memeluk Islam? Orang itu menyebutkan 3 faktor salah satunya adalah orang-orang Sufi.
Saya kembali merenung, jika kita mencermati budaya materialis di Amerika dan kemajuan mereka secara materiil, maka wajar saja jika mereka berpaling dari Islam kalau Islam yang mereka temukan adalah Islam Sufi yang konsepnya bertentangan secara diametral dengan corak naluri duniawi mereka.
Kalau kita kembali ke Nusantara, saya yakin masyarakat muslim kita secara umum mengenal Imam Al-Gazali dengan konsep zuhudnya.
Dan para ahli tasawwuf di Indonesia sepertinya tidak mungkin tidak mengenal Imam Al-Gazali. Kitab Ihya’ beliau sendiri sudah sangat populer seperti nama beliau.
Artinya konsep zuhud Al-Gazali tentu sudah sangat banyak mempengaruhi pandangan kehidupan masyarakat Indonesia.
Apakah kemiskinan yang merebak di Indonesia juga disebabkan karena diajarkannya konsep-konsep zuhud versi Al-Gazali di masjid-masjid kita?
Sehingga masyarakat muslim kita lebih cenderung menjadi miskin dibanding menjadi kaya?
Apalagi diperkuat oleh doktrin para ustadz yang mengajarkan zuhud.
Ataukah karena mereka salah memahami konsep zuhud versi Imam Al-Gazali?
Entahlah, perlu dilakukan kajian ulang bagaimana sebenarnya esensi zuhud versi beliau. Tapi, fakta yang ada di lapangan memang sangat tepat jika dikatakan ustadz-ustadz mengajak jamaahnya meninggalkan dunia, meskipun tidak semuanya. Baik secara langsung atau tidak langsung.
Saya juga pernah berjumpa dengan seorang pengusaha kaya raya yang mendapatkan hidayah dari Allah ta’ala untuk menjadi muslim yang taat, beliau bercerita hampir saja menjual seluruh aset-asetnya karena adanya doktrin celaan terhadap harta dan kekayaan.
Kawan saya yang lain juga bercerita bahwa beliau punya kawan yang juga pengusaha kaya, tatkala mendapat hidayah semangat bisnisnya sudah mulai kendor. Ia lebih semangat dengan perkara-perkara akhirat.
Akhirnya bisnisnya lambat laun mulai kendor dan ujung-ujungnya bangkrut, bahkan istri-istrinya juga dicerai karena sudah mengalami kendala finansial.
Cerita nyata seperti itu sepertinya banyak di masyarakat kita, khususnya di komunitas-komunitas hijrah.
Dan kadang kala menggelikan karena ustadz yang notabene begitu khusyuk mengajarkan zuhud dan meninggalkan dunia justru hidup bergelimang harta.
Saya pikir konsep zuhud yang beredar ini perlu dikaji ulang. Karena bertentangan dengan naluri dasar manusia yang mencintai harta dan juga bertentangan dengan fakta bahwa tanpa harta, manusia tidak akan bisa hidup atau dia akan hidup dengan terus berharap dari uluran tangan orang lain.
Dan secara logika, bagaimana umat Islam bisa memimpin dunia jika mereka tidak punya harta?
Dakwah butuh harta, jihad butuh harta, bangun masjid butuh harta, bangun pesantren juga butuh harta, menyantuni fakir miskin juga butuh harta.
Dan harus kita akui bahwa orang-orang kaya memiliki peran yang sangat besar dalam urusan donasi di berbagai sektor keumatan.
Bahkan saya mengenal beberapa lembaga sosial yang membangun masjid-masjid di Indonesia saya bisa pastikan minimal 99,9% bersumber dari orang-orang kaya, bahkan setiap satu masjid dibangun oleh satu orang saja.
Apakah kita akan mengajak mereka juga untuk meninggalkan kekayaan mereka?!
Lalu kita serahkan urusan harta dan ekonomi Islam kepada orang-orang kafir?!
Kemudian, kita mengemis kepada mereka agar memberikan donasi kepada umat Islam?!
✍️Abu Ahmad